Ojenews.com.Pekanbaru.Riau.
Marpoyan Damai-Lain Lubuk Lain Ikannya, Lain Padang Lain Pula Belalangnya, peribahasa ini sangatlah tepat disandingkan dengan ragam dan cara masyarakat Muslim negeri ini dalam mengekspresikan kegembiraannya menyambut bulan Suci Romadhan.
Sebagian masyarakat ada yang melakukan doa bersama menyambut datangnya bulan suci Romadan, ada juga yang menggelar acara Petang Megang, balimau kasai mandi bersama disungai dan bahkan yang takkalah uniknya prosesi penyambutan bulan suci Romadan yang digelar masyarakat Perkampungan Sidomulyo kelurahan Sidomulyo Timur Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru.
Perkampungan yang cukup tua dengan keberadaannya di jantung kota Pekanbaru ini masih saja setia mempertahankan berbagai tradisi yang telah dilakukan buyut mereka secara turun temurun. Masyarakat perkampungan Sidomulyo ini, menyambut bulan suci Romadan yang penuh berkah tersebut dengan menggelar serangkaian kegiatan yang disebut masyarakat dengan Balimau Kasai.
Acara yang dipusatkan di gelanggang olahraga Ikatan Remaja Sidomulyo (IPRS) Jalan Adisucipto Kelurahan Sidomulyo Timur Kecamatan Marpoyab Damai tersebut, dihadiri oleh tetua kampung, tokoh agama, dan berbagai lapisan masyarakat tumpah ruah dilokasi kegiatan.
Diawali dengan pelepasan jalan santai, lomba permainan rakyat, makan bersama, penampilan marawis remaja IRMANA yang takkalah menariknya turut membuat prosesi penyambutan bulan suci Romadhan ini menjadi tambah meriah. Jelang acara puncak masyarakat perkampungan tua Sidomulyo ini juga diberikan siraman rohani oleh Aluztazd H.Firman Edi Nasution tentang kesempurnaan menjalankan ibadah puasa.
Prosesi Balimau Kasai masyarakat perkampungan tua Sidomulyo itu sendiri berbeda dengan acara-acara balimau kasai yang digelar oleh beberapa daerah lainnya. Pada puncak acara penyambutan bulan suci Romadhan tersebut, masyarakat berkumpul terpisah laki-laki dan perempuan di suatu titik ditengah lapangan bola dan disiram oleh Mobil Pemadam Kebakaran (Damkar) dengan kapasitas 10 ribu liter yang terlebih dahulu airnya diberikan rempah-rempah yang menimbulkan aroma terapi balimau.
Biasanya acara penyiraman air limau ini merupakan acara yang sangat dinanti-nanti oleh para masyarakat, selain dapat mengekspresikan kegembiraan bersama anak istri dan keluarga lainnya, penyiraman air limau ini juga memiliki makna khusus yakni pensucian diri atau pembersihan diri secara bersama dengan air yang telah diberikan berbagai remapah-rempah sehingga masing-masing individu dapat mensugestikan diri mampu menjalankan ibadah puasas dengan baik.
Berkenaan dengan perihal balimau kasai masyarakat perkampungan tua Sidomulyo tersebut, Ketua Panitia acara Sutimin mengatakan. Acaratersebut digelar awalnya dengan berbagai tujuan dan alasan tertentu yang pertama sebagai upaya pelestarian budaya yang berkembang turuntemurun dari para tetua pendiri perkampungan tua Sidomulyo tersebut.
Kedua menghimpun masyarakat mulai dari generasi muda yakni remaja hingga para orang tua agar jangan berpergian keluar kota untuk beliamau cukup di lingkungan perkampungan tua Sidomulyo. Ketiga sebagai ajang silaturrahmi masyarakat perkampungan tua Sidomulyo.
“Bermula dengan tujuan pelestarian budaya dan menghindari para kaula muda ber huru hara keluarkota untuk belimau dan kami jadikan ajang silaturahmi antar warga,”kata Sutimin yang juga sebagai keturunan langsung dari pendiri perkampungan tua Sidomulyo.
Senada dengan Ketua panitia, Ketua RW 01 Sidomulyo kelurahan Sidomulyo Timur Kecamatan Marpoyan Damai Ir.H.Suyatno mengatakan bahwa acara Balimau Kasai tersebut tingi nilai silaturrahminya, ini dikatakannya disela-sela acara balimau kasai Jumat (26/5/2017) di lapangan IRS sidomulyo.
“Acara ini sudah menjadi agenda rutin kami setiap tahunnya, para pemuda, remaja, dan tokoh masyarakat bekerja sama untuk terselenggaranya acara ini baik dari sisi tenaga, waktu dan bahkan pendanaannya juga kami himpun secara bergotong royong,”kata H.Suyatno.
Kita berharap masih kata Suyatno, pemerintah melalui dinas terkai yakni Pariwisata dapat melihat kegiatan ini sebagai salahsatu dari potensi wisata yang sekaligus sebagai upaya pelestarian budaya di kota Madani ini.
“Ini hendaknya menjadi nilai tersendiri dimata pemerintah kota Pekanbaru, sehingga kami tetap dapat melaksanakannya dari tahun ketahun,”harapnya.(oje).