Pesantren, Markaz Pembinaan Mental dan Akhlak

abu-5-1
Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Pekanbaru, Abu Kasim,

Ojenews.com, Pekanbaru, Riau- Zamandahulu ketika mendengar kata pesantren yang terbayangkan adalah tempat menitipkan anak anak bermasalah. Jika anak bermasalah seperti mabuk, narkoba, berantem, malas belajar, barulah berpikiran untuk menyekolahkan anak ke pesantren.

Tapi seiring berjalannya waktu, kini orang tua lebih sadar untuk menyekolahkan anak di pesantren, karena sekarang pesantren tidak seperti dahulu lagi. lebih bermutu, lebih modern dan lebih lengkap pembelajarannya daripada sekolah umum, maka tidak heran jika anak-anak sekarang memilih pesantren untuk mencetak masa depannya, kata Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Pekanbaru, Abu Kasim, S.Ag.

Dijelaskannya, jika dibanding dengan pendidikan non pesantren setidaknya pesantren memiliki kelebihan yang belum tentu dimiliki sekolah formal antara lain, pesantren tidak hanya mendidik IQ (kecerdasan intelektual) santrinya saja tetapi juga mendidik EQ (kecerdasan emosional) dan SQ (kecerdasan spiritual) santrinya.

Sehingga kelak ketika santrinya telah sukses, maka lulusannya itu tidak hanya cerdas dalam hal pemikirannya atau intelegensinya melainkan juga cerdas dalam bersosialisasi di tengah-tengah masyarakat sehingga mereka jauh lebih bisa diterima dan bermanfaat bagi orang sekitarnya.

Namun terkadang kenapa orang tua masih enggan menyekolahkan anak-anak mereka ke pesantren? Tentu ini menjadi tantangan bagi orang tua kedepan dalam memilih pendidikan lebih baik.

Jika melihat kondisi ini tentu berkaitan masalah faktor ekonomi, karena untuk mencari mutu yang baik tentu dengan harga yang mahal juga.

Padahal di pondok pesantren telah dilatih untuk mengembangkan kecerdasan emosional (EQ). Salah satu caranya adalah dengan melatih untuk tampil berbicara didepan umum.

Dan juga dilatih untuk berinteraksi dengan masyarakat luar sebagaimana saat diutus untuk berceramah di kampung orang lain pada bulan suci Ramadhan.

Kemudian, yang dididik dalam pondok pesantren juga adalah SQ (Kecerdasan Spiritualnya).

“Saat ini Sudah sering kita saksikan tentang pejabat tinggi Negara yang melakukan tindakan korupsi. Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki kecerdasan intelektual dan spiritual yang seimbang,” ungkapnya.

Dan keseimbangan inilah yang sesungguhnya dididik didalam pondok pesantren dengan serangkaian peraturan tentang ibadah yang berlaku di pondokan dan pelajaran sekolah yang diterima di madrasah.

Ilmu yang didapat di pesantren lebih berkah dibandingkan dengan ilmu yang didapat dari sekolah luar. Jika bandingkan sejarah munculnya sekolah umum dan pondok pesantren.

Sekolah umum pada awalnya didirikan oleh para penjajah yang saat itu sedang menjajah dan menginjak-injak harkat dan mertabat Negara kita selama 350 tahun.

Sedangkan pondok pesantren, pertama kali didirikan oleh para wali Allah yaitu orang-orang suci yang sangat dekat dengan Allah setelah para nabi dan rasul-Nya yang saat itu sedang menyebarkan agama Islam di Indonesia.

Mereka mendirikan pesantren sabagai salah satu sarana menyebarkan agama Islam di tanah air. Dan oleh karena itulah pondok pesantren jauh lebih diberkahi daripada sekolah umum yang ada diluar sana.

Di pondok pesantren, lebih bisa dikontrol dan terlindungi dari dampak negatif globalisasi yang terjadi ditengah-tengah masyarakat Indonesia sekarang ini. Mulai dari masalah narkoba, tawuran antar pelajar, free sex, dan lain-lainnya yang sedang menyerang masyarakat khususnya para remaja.

Sedangkan sekolah umum yang ada di luar belum tentu pengawasannya seketat didalam pondok pesantren. Jangankan di sekolah umum, didalam pesantren saja tidak ada yang bisa menjamin 100 persen bahwa dapat terhindar dari dampak negatif tersebut, apalagi di sekolah umum yang ada di luar sana yang peraturannya tidak seketat dengan peraturan yang diterapkan didalam pesantren.

‘’Sehingga bisa saja kita terjerumus dalam masalah dari dampak negatif era globalisasi yang dapat merusak masa depan kita dan nama baik keluarga kita,’’ ujarnya.

Didalam pondok pesantren, selain mendapatkan ilmu formal di madrasah, sesungguhnya mendapatkan ilmu yang sangat berharga yang tidak disadari sedang dipelajari sekarang ini selama tinggal di dalam pondok pesantren.

Ilmu inilah yang disebut sebagai ilmu dalam memahami makna hidup yang sesunggunhya. Dalam pondok pesantren anak-anak dilatih untuk hidup mandiri dengan berpisah dengan orangtua dan untuk bertanggungjawab sendiri dengan kehidupan tanpa campur tangan orang lain termasuk orang yang paling dekat dengan diri sendiri yaitu orangtua sendiri.

Juga dilatih untuk mencuci baju sendiri, memotivasi diri untuk belajar sendiri, bangun sendiri untuk shalat dan lain sebagainya yang serba mandiri.

‘’Hal itu semua bukanlah agar kita tersiksa dan tidak menikmati masa muda kita, akan tetapi agar kita terlatih untuk hidup mandiri yang tidak bergantung pada orangtua kita ataupun kepada orang lain untuk memudahkan kita dalam menggapai kesuksesan. Karena suata saat, cepat atau lambat pasti kita akan berpisah dengan orangtua kita. Oleh karena itu, didalam pondok pesantren kita dilatih untuk hidup mandiri karena diri kita masing-masinglah yang bertanggung jawab kepada diri kita sendiri dimasa yang akan datang,’’ terangnya.

Marilah bina anak dengan akhlakul karimah, sehingga ilmu yang didapat tidak hanya berkah di dunia, namun sampai ke akhirat. Namun ketekunan dan ketabahan orang tua dalam mendidikan anaknya di pesantren harus benar-benar ikhlas, sehingga ketika anaknya keluar dari pesantren, tentu sudah memiliki belak ilmu yang mampu membanggakan orang tuanya, ajak Abu Kasim. (AA)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *