Menikmati Pantun….

Oleh: Drs.Syofyan,M.Si Dosen Tetap STIE Mahaputra Riau.

Salah satu tradisi yang pernah dijumpai pada saat menghadiri perhelatan pernikahan, baik dirumah maupun digedung menyaksikan acara buka pintu pada saat Pengantin datang, dengan melakukan berpantun, diantara masing-masing pihak (pihak yang datang dan pihak yang menunggu).

Mendengar orang berpantun dan saling berbalas pantun memiliki keasyikan tersendiri dengan tutur katanya yang tersusun dan tertata enak didengarkan.

Mengawali sesuatu dengan berpantun juga sering kita temukan pada saat mengawali suatu acara, yang biasanya disampaikan protokol atau pembawa acara, sebagai awal pembuka kata yang disampaikan kepada para hadirin.

Berpantun pada masyarakat melayu telah menjadi suatu tradisi dan budaya yang turun temurun dilakukan dalam arti dari generasi ke generasi mempelajari pantun, sebab banyak jenis pantun itu sendiri,tergantung dimana pantun akan disampaikan nantinya.

Hidayati (2010) mengatakan ” Bahwa Pantun salah satu puisi melayu lama yang secara luas dikenal ditanah air kita, pantun pada awalnya merupakan sastra lisan,tetapi sekarang banyak dijumpai pantun yang ditulis”

Dilihat dari konsep ini menunjukkan Pantun menjadi salah satu bentuk ungkapan kata yang menarik disampaikan secara lisan dan perkembangan zaman pantun telah banyak pula ditulis para peminat Pantun.

Sementara itu kalau dilihat di.Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ” Pantun adalah bentuk Puisi Indonesia (Melayu) tiap bait (koplet) biasanya terdiri dari empat baris yang bersajak (a-b-a-b)”

Dari pengertian kosa kata Pantun diatas, menunjukan bahwa kebiasaan masyarakat dalam berpantun telah ada sejak dahulunya, dimana dalam menyampaikan sesuatu hal mengunakan tutur kata yang halus untuk mengindari kesalah pahaman nantinya bagi yang menerimanya.

Teringat pula apa yang kemukakan Sudarma (2010 : 24) Mengatakan bahwa ” Ada jenis Pantun Melayu lama yang mempunyai ciri-ciri ; 1).Setiap bait terdiri dari empat larik (baris), 2).Berirama (bersajak) ab – ab.3).Larik pertama dan kedua berupa sampiran,yang biasanya tidak mempunyai hubungan (mengandung maksud dan hanya diambil rimanya saja untuk menyetarakan maksud yang akan dikeluarkan),4).Larik ketiga dan keempat disebut maksud (isi) pantun yang merupakan tujuan dari pantun tersebut, karena isi pantun mengandung pesan yang ingin disampaikan oleh sipemantun dan 5).Tiap baris terdiri 4 hingga 6 – 8 sampai 12 suku kata”

Bila dilihat dari ciri-ciri tersebut, untuk belajar dan mempelajari agar mampu berpantun,salah satunya perlu keberanian untuk menulisnya, sementara untuk menyampaikan secara lisan latihan dan pengalaman jadi pemantun sangat mendukung keterampilan untuk menjadi seorang Pemantun.

Yang jelas mendengan orang berpantun dalam suatu acara menjadi keasyikan tersendiri…..

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *