Ojenews.com Bengkalis Riau,- Krisis listrik di Pulau Bengkalis baru akan teratasi pada Juli 2027 mendatang. Mengapa tidak. Karena pada tahun itu jaringan listrik bawah laut dari Gardu Induk (GI) Buruk Bakul (Sumatera) ke Pulau Bengkalis kelar, sebagaimana janji Direktur Distribusi PT. PLN Adi Priyanto.
Target jaringan listrik bawah laut tersebut diungkapkan oleh Direktur Distribusi PT. PLN Adi Priyanto kepada wartawan saat meninjau pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) di Desa Pangkalan Batang, Pulau Bengkalis, Rabu (11/6/2025).
Menurut Adi Priyanto, percepatan proyek jaringan listrik bawah laut Pulau Sumatera-Pulau Bengkalis selaras dengan RUPTL PLN 2021–2034 yang sudah ditandatangani Menteri BUMN. Program ini merupakan program pemerintah dalam pemerataan listrik di seluruh Indonesia.
RUPTL PLN 2025-2034 sudah diteken Menteri BUMN, jadi sudah bisa kita jalankan,” tegas Adi Priyanto didampingi anggota komisi XII Iyeth Bustami dan Wakil Bupati Bengkalis Bagus Santoso.
Lebih jauh Adi membeberkan, untuk mewujudkan jaringan listrik bawah laut, saat ini pihaknya tengah menyiapkan Gardu Induk (GI) di Buruk Bakul yang pembangunannya sudah mencapai 55 persen.
GI ini dirancang untuk menopang sistem interkoneksi 150 KV. Jika jaringan listrik bawah laut tersebut terealisasi kapasitas listrik di Pulau Bengkalis akan bertambah sebesar 2 X 30 MW atau 60 MW. Dengan demikian, persoalan listrik di Pulau Bengkalis teratasi.
Lebih lanjut Adi Priyanto mengungkapkan, untuk merealisasikan proyek jaringan listrik bawah laut sumatera-Bengkalis pihak akan menginvestasikan dana Rp 1 triliun lebih.
Anggaran tersebut akan dikucurkan secara bertahap sesuai kebutuhan proyek. Untuk menyelesaikan proyek tersebut PLN menargetkan selama satu setengah tahun.
“Kira-kira pembangunannya memakan waktu satu setengah tahun, dan ditargetkan selesai pada Juli 2027. Untuk anggaran kita siapkan Rp 1 triliun lebih,” tegas Adi didampingi anggota DPR RI komisi XII Iyeth Bustami dan Wakil Bupati Bengkalis Bagus Santoso.
Sementara saat ini kapasitas pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) di Pulau Bengkalis hanya 27 Mega Watt (MW). Sementara kebutuhan listrik di Pulau Bengkalis mencapai 28 MW. Akibatnya, pemadaman bergilir tak bisa dihindari. Hal ini tentu sangat merugikan masyarakat sebagai konsumen.
Kekecewaan konsumen PLN di Pulau Bengkalis sudah menahun. Namun, mereka hanya bisa mengomel, menggerutu dan protes saat ngumpul di kedai kopi dan menumpahkan di media sosial.
Bahkan, tiga bulan belakangan pemadaman sudah seperti makan obat alias rutin dengan beragam faktor. Protes pun berseliweran di grup-grup WhatsApp. Dan protes tersebut langsung direspon oleh Kepala UPT PLN Bengkalis, tapi baru sebatas mengatasi gangguan bukan menambah kapasitas daya yang menjadi problem mendasar. Menghadapi kondisi demikian ribuan konsumen di Pulau Bengkalis hanya bisa “pasrah tapi tak rela”.
Mengetahui kondisi demikian, Adi Priyanto menegaskan, saat ini pihaknya tengah mendatangkan mesin pembangkit dari Medan dengan kapasitas 2 MW. Nanti setelah terpasang, ungkap Adi, kapasitas pembangkit di Pulau Bengkalis berkekuatan 29 MW. Tak hanya sampai disitu, PLN juga akan mendatangkan lagi mesin pembangkit berkekuatan 2 MW. Jika kedua pembangkit tersebut sudah terpasang kapasitas listrik di Pulau Bengkalis menjadi 31 MW.
“Saya lihat pondasinya sudah siap. Dalam waktu dekat akan datang mesin baru dari Medan berkekuatan 2 MW. Kemudian kami juga akan berupaya mendatangkan satu mesin lagi berkekuatan 2 MW. Dengan demikian kapasitas pembangkit di Pulau Bengkalis jadi 31 MW,” ujarnya.
Penambahan mesin pembangkit ini tidak terlepas dengan akan digelarnya MTQ tingkat Provinsi Riau di Kota Bengkalis. Untuk pasokan listrik MTQ, Adi Priyanto menggaransi tidak akan terjadi pemadaman
“Dalam waktu dekat di Bengkalis akan dilaksanakan MTQ tingkat nasional (provinsi, red), kita akan upayakan tidak ada pemadaman,” ujarnya.
Sementara itu, ditempat yang sama anggota Komisi XII DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Iyeth Bustami, mendorong percepatan realisasi jaringan listrik bawah laut untuk Pulau Bengkalis. Menurutnya, pembangunan ini penting demi mewujudkan kesetaraan kualitas kelistrikan antara Pulau Sumatera dan Pulau Bengkalis.
“Sudah saatnya masyarakat Bengkalis mendapatkan layanan listrik yang setara dengan daerah lain. Tidak boleh ada lagi diskriminasi energi, apalagi saat kebutuhan terus meningkat,” ujar Iyeth Bustami. (Rudi)