Ojenews.com Bengkalis Riau, – Organisasi Masyarakat Pemuda Tri Karya (Ormas Petir) mendesak Kepala Kejaksaan Negeri Bengkalis Sri Odit Megonondo mengusut proyek pembangunan Jembatan Jalan Antara, di Kecamatan Rupat Utara, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, Senin (17/2/2025).
Desakan tersebut disampaikan oleh Koordinator Wilayah Riau, Sumbar dan Kepri Organisasi Masyarakat Pemuda Tri Karya, Arianto di Bengkalis Senin siang,di Bengkalis.
Menurut Arianto pembangunan jembatan Jalan Antara, Desa Putri Sembilan, Kecamatan Rupat Utara tersebut diduga gagal konstruksi.
Penelusuran dilapangan, proyek jembatan yang menghabiskan anggaran Rp 5,4 miliar, itu diduga telah terjadi pergeseran dinding oprit jembatan sejauh 50 cm yang diduga akibat kesalahan struktur pekerjaan.
Kontraktor pelaksana diduga tidak memperhatikan kondisi tanah yang berada dibawah konstruksi dinding oprit jembatan dan waktu pelaksanaan pekerjaan pemancangan pilling tidak menggunakan alat (diesel hammer) sehingga tiang precast tidak terpancang sampai ke dasar tanah yang keras dan harus melakukan pemotongan tiang precast.
Kontraktor sebagai pelaksana seharusnya memperhitungkan atau mengantisipasi kondisi tanah dasar sungai yang dijadikan dasar untuk mendirikan stelling / begisting oprit jembatan tersebut. Akibatnya, begisting tersebut tidak mampu menahan berat tanah timbunan oprit yang mengakibatkan terjadinya pergeseran dinding oprit jembatan.
Untuk itu, pihaknya mendesak Kepala Kejaksaan Negeri Bengkalis Sri Odit Megonondo mengusut dugaan korupsi pembangunan jembatan yang menelan APBD Bengkalis Rp 5,4 miliart tahun 2023 tersebut.
Bergesernya oprit kedua sisi pangkal jembatan tersebut diakui oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Bengkalis saat dikonfirmasi beberapa waktu lalu.
Ardiansyah beralasan terjadinya pergeseran tiang karena saat pemancangan kawasan proyek tengah dilanda banjir.
Ketika ditanya, mengapa pihak konsultan pengawasan tidak menghentikan pekerjaan sementara dan melaporkan kondisi lapangan? Ardiansyah tidak menjawab.
Menurut Ardiansyah awalnya posisi operetnya normal, namun ketika ditimbun base tiba-tiba di kiri kanan bergeser setengah meter. Untuk itu, pihaknya akan mengevaluasi dan menghitung kembali konstruksi tersebut.
Kendati terjadi pergeseran setengah meter, Ardiansyah membantah bahwa proyek tersebut gagal kontruksi. Ia sebaliknya memuji kualitas konstruksi proyek tersebut, karena tiangnya tidak patah.
“Saat dilakukan penimbunan base terjadi bergeser setengah meter, tapi tiang tidak patah. Itu menandakan konstruksi bagus,” ujarnya.
Terkait kondisi tersebut, pihaknya akan melakukan kajian dengan melibatkan Professor Sugeng dari Universitas Islam Riau. Setelah kajiannya selesai akan dilakukan perbaikan.
“Kita sedang melakukan kajian dengan melibatkan Professor Sugeng. Setelah itu (kajian) akan kita perbaiki. Kontraktornya bertanggungjawab memperbaikinya,” kata Ardiansyah. (Rudi)