Ojenews.com Bengkalis Riau,-Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Bengkalis Kriston Napitupulu dan staf menggelar Coffee Morning dengan wartawan yang rutin mempublikasikan kinerja Kalapas.Ngopi bareng ini dilakukan Kriston sebagai bentuk silaturahmi dengan wartawan setelah lebih 6 bulan menjabat Kalapas Bengkalis. Hadir mendampingi Kriston, Kepala Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP) Diasta Krismayandi, Ketua PWI Bengkalis Adi Putra, dan Ketua Koperasi Lapas, Darma Firdaus Sitompul dan beberapa pejabat utama dilingkup Lapas Bengkalis.
Diasta Krismayandi dalam sambutannya mengakui dukung wartawan dalam bentuk pemberitaan membuat masyarakat tahu apa yang sudah dikerjakan oleh Lapas Bengkalis dalam melakukan pembinaan kepada para warga binaan (narapidana).
Pemberitaan positif, ungkapnya, memuluskan Lapas Bengkalis meraih sebagai Wilayah Bebas Korupsi (WBK). Untuk itu, dia meminta para wartawan untuk tak sungkan mengoreksi kinerjanya.
Sementara itu, Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Bengkalis Kriston Napitupulu yang sudah 6 bulan bertugas di Lapas Bengkalis mengaku masih banyak kekurangan. Sebagai Kalapas Bengkalis dengan core bisnis (aktivitas utama) melakukan pembinaan kepada 1.831 warga binaan. Pihaknya, telah melakukan pelbagai terobosan, seperti pembinaan keagamaan, pertanian dan perikanan, dan yang terbaru warga binaan belajar tenun lejo (tenun khas Bengkalis).
Hasil tenun yang dibuat warga binaan, ungkap Kriston, sudah ikutkan dalam pameran di Jakarta. Namun, Kriston mengakui untuk memproduksi tenun lejo, pihaknya terkendala modal kerja. Sedangkan dalam pertanian dan perikanan, pihak Lapas terkendala lahan. Sementara sumber daya manusia melimpah.
Mengapa tidak. Sebab, Lapas Bengkalis yang berkapasitas 613 orang per 29 Juli 2025 terpaksa menampung 1.831 orang atau sudah over kapasitas hampir 200 persen, merupakan potensi yang luar biasa. Untuk itu, pihak Lapas memerlukan lahan yang cukup luas untuk keperluan program swasembada pangan dengan memperdayakan warga binaan, salah satu program Kementerian Hukum dan HAM.Masih menurut Kriston, dari 1.831 orang warga binaan sebesar 90 persen adalah masyarakat Kabupaten Bengkalis. Dan 85 dari 90 persen masyarakat Bengkalis yang menjadi warga binaan adalah warga Duri (Mandau, Pinggir, Talang Mandau dan Batin Solapan)
“85 persen dari 90 persen warga binaan Lapas Bengkalis adalah orang Duri (Mandau, Pinggir, Talang Mandau dan Batin Solapan),” kata Kriston Napitupulu.
Butuh modal kerja Program keterampilan yang digalakkan di Lapas Bengkalis agar warga binaan menjadi manusia yang baik dan mandiri sangat membutuhkan modal kerja Artinya, selama di Lapas mereka dibekali keterampilan yang mumpuni untuk hidup mandiri.
Namun, persoalan klasik seperti tak mau berjarak dari kehidupan eks narapidana, yakni tidak memiliki modal kerja. Terkait persoalan modal kerja ini, Kriston akan coba membahasnya dengan Bupati Bengkalis melalui Dinas Sosial agar masyarakat Bengkalis yang menjadi warga binaan mendapat modal kerja. Pasalnya, modal kerja salah satu modal utama bagi tenaga kerja terampil yang ingin mandiri.
Selain keterampilan sektor pertanian dan kuliner, Kalapas juga menggugah kesadar warga binaan dengan keagamaan sesuai kepercayaan masing-masing.Untuk itu, pihak Lapas telah melakukan kerjasama dengan Kementerian Agama dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Bengkalis.
Semua ini dilakukan agar para narapidana setelah kembali ke masyarakat dapat menahan diri untuk tidak melakukan tindak pidana.Keterampilan dibarengi tebalnya iman diharapkan setelah bebas (mantan narapidana) tak lagi mengulangi perbuatannya. Sebab saat ini 20 persen warga binaan Lapas Bengkalis setelah bebas kembali melakukan perbuatan melawan hukum.