ojenews.com, Pekanbaru, Riau- Sering kali umat Islam dikejutkan dengan munculnya aliran-aliran yang sesat, menyesatkan, dan membuat keresahan serta kegelisahan. Hampir tiap tahun aliran-aliran tersebut bermunculan dengan nama yang berbeda-beda, meskipun secara substansi sama. Yakni, aliran yang pemimpinnya mengaku mendapatkan wahyu dari Allah sehingga mengaku menjadi nabi, mengaku menjadi Isa al-Masih, mengaku mampu berkomunikasi dengan malaikat Jibril, dan hal-hal lain yang bagi umat Islam sudah final dan tetap, tidak boleh diperdebatkan dan diikhtilafkan, karena semuanya sudah dijelaskan secara gamblang, baik dalam Alquran maupun sunah Nabi serta kesepakatan mayoritas atau jumhur ulama (ijma ulama).
Bahkan dalam praktik ibadah, aliran-aliran tersebut berani menciptakan aturan dan tata cara tersendiri, yang secara jelas menyimpang dari aturan Islam yang sebenarnya. Misalnya, tidak wajibnya shalat, shalat boleh menghadap ke arah mana saja, ibadah haji tidak perlu ke Makkah, kata Ketua Pengurus Daerah Dewan Masjid Indonesia (DMI) Pekanbaru, Abu Kasim, S. Ag.
Dikatakanya, masalah-masalah tersebut sesungguhnya sudah masuk pada masalah qath’i dan pasti, yang apabila orang berpendapat lain, dapat dianggap murtad dan kufur, seperti halnya mengaku menjadi nabi dan rasul. Padahal Alquran secara tegas menyatakan bahwa Muhammad SAW adalah nabi dan rasul yang terakhir.
Yang sering juga membuat masyarakat resah adalah selalu terlambatnya respons pemerintah dalam menyikapi aliran yang membahayakan dan merusak tersebut. Bahkan pemimpinnya kadangkala diberikan kebebasan berbicara di depan media massa, seolah-olah umat Islam harus bersikap toleran terhadap aliran tersebut. Padahal akibat negatif dari sikap tersebut adalah tersinggungnya akidah dan emosi umat, serta perasaan dilecehkan a
Dijelaskannya, toleransi terhadap aliran-aliran yang jelas-jelas merusak tersebut tidak tepat untuk dikembangkan. Akibat merasa tidak terlindungi, umat sering mengambil tindakan menghancurkan langsung secara spontan pusat-pusat dari kegiatan aliran tersebut. Pertanyaannya, apabila sudah terjadi, adilkah jika umat selalu disalahkan dan dikambinghitamkan, kata pengurus Masjid Paripurna ini.
Sesungguhnya, munculnya berbagai aliran sesat tersebut mungkin salah satu makna dari pernyataan Rasulullah SAW, kelak umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Semuanya akan masuk ke dalam neraka, kecuali satu kelompok, yaitu mereka yang mengikuti sunahku dan sunah-sunah sahabatku. Kelompok yang akan selamat itu adalah mereka yang antara lain meyakini keenam rukun iman dan kelima rukun Islam yang bersifat pasti dan tetap, yang syahadatnya terdiri dari dua kalimah syahadat, yaitu asyhadu an laa ilaaha illallaah wa asyhadu anna muhammadan rasuulullah (aku bersaksi bahwasanya tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah).
Konsekuensi dari penentangan dan pelecehan terhadap hal-hal yang bersifat pasti tersebut adalah dosa besar, yang berhak mendapatkan siksaan dunia dan akhirat, serta kutukan dari Allah SWT, para malaikat-Nya, dan seluruh orang-orang yang beriman.
Umat Islam saat ini tidak hanya terganggu dengan isu terorisme, isu pemurtadan, isu SARA tapi juga isu aliran sesat. Perkembangan aliran-aliran sesat sudah sampai pada titik yang sangat mengkhawatirkan. Sangat memprihatinkan, di saat umat Islam sedang menyusun sebuah strategi membangun peradabannya kembali agar benar-benar menjadi khaira ummah atau ummat yang terbaik, bermunculan paham-paham atau aliran-aliran yang menyesatkan umat
Munculnya paham-paham yang menyimpang di negeri ini, antara lain keimanan yang lemah mempermudah jalan bagi seseorang untuk menyimpang dari ajaran Islam. Kelemahan iman ini ditandai dengan ketidak patuhan terhadap perintah Allah dan selalu memperbuat apa yang dilarang-Nya.
Rendahnya pendidikan agama menjadi faktor penting merebaknya aliran sesat. Umat Islam yang berpendidikan rendah rentan dan mudah terpengaruh untuk mengklaim bahwa apa yang baru diperolehnya itulah satu-satunya kebenaran dan menganggap kelompok yang lain salah.
Dan yang tidak kalah penting adalah masalah ekonomi juga selalu menjadi alasan mengikuti aliran sesat. Biasanya, paham-paham yang menyimpang dari aqidah Islam ini ditopang oleh kekuatan asing yang didanai sepenuhnya oleh kekuatan asing tersebut.
Jadi, berebut fasilitas, finansial, harta, kemewahan duniawi dan lain-lain. Aliran-aliran menyimpang hari ini selalu menjanjikan kepada pengikutnya hidup yang nyaman dan berkecukupan.
Hal ini menjadikan mereka yang tersesat mengklaim diri sebagai pemilik kebenaran sedangkan yang lain berada dalam kesesatan.
Langkah-langkah membendungnya, diharapkan ada upaya bersama dari semua kalangan dan komponen umat untuk membendung dan menghentikan aliran-aliran tersebut, jangan sampai tumbuh dan berkembang, baik sekarang maupun di masa-masa yang akan datang.
Pertama, para ulama, para ustadz, para khatib, dan para guru harus memiliki keberanian untuk menjelaskan kepada umat bahwa setiap aliran yang muncul dan memiliki pemikiran yang jelas-jelas berbeda dengan masalah yang bersifat qath’i tersebut, adalah sesat menyesatkan, berbahaya, merusak, dan menyebabkan pelakunya kekal dalam neraka.
Jangan sampai umat terpukau oleh retorika kosong, penuh dengan penipuan yang bersumber dari bisikan-bisikan Iblis la’natullah `alaihi, ungkapnya dengan rasa khawatir. (AA)